Tuesday, June 1, 2010

PRANCIS memiliki sejarah cukup manis dalam perhelatan Piala Dunia. Sebagai satu dari 13 kontestan Piala Dunia pertama yang diadakan 1930 silam, Prancis tercatat hanya enam kali gagal mencapai putaran final.

Diakui sebagai salah satu kekuatan terbesar Eropa, Prancis dipenuhi talenta-talenta hebat yang layak masuk dalam catatan sejarah. Sebut saja Michel Platini (kini Presiden UEFA) yang membawa Tim Ayam Jantan menempati peringkat empat Piala Dunia 1982 di Spanyol dan ketiga pada Piala Dunia Meksiko 1986. Selain itu, masih ada Lilian Thuram yang memiliki caps terbanyak bersama Prancis. Begitu pula halnya Didier Deschamps, Laurent Blanc, Fabien Barthez, serta Bixente Lizarazu.

Satu nama yang tidak bisa dpisahkan dari Timnas Prancis adalah penyerang keturunan Aljazair Zinedine Zidane. Bersama Zidane, Prancis menjalani masa-masa keemasan di akhir era 90an. Kendati gagal melangkah ke putaran final Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat, armada Les Bleus membayarnya dengan sempurna ketika mengangkat trofi di hadapan publik Prancis, empat tahun kemudian.

Padahal, pelatih Aime Jacquet saat itu sempat menuai kritik pedas dari publik maupun media akibat strategi permainan yang sangat defensif. Seruan publik untuk mundur terus terdengar.

Namun, Jacquet berhasil membungkam para kritikus ketika Prancis akhirnya menyabet gelar juara usai melibas kandidat favorit Brasil dengan skor telak 3-0. Dua gol dilesakkan Zinedine Zidane (27', 45+1'), sementara Emmanuel Petit mencetak gol kemenangan di penghujung laga.

Mantan bintang Real Madrid dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Dunia FIFA 2000 setelah mengantarkan Prancis menjuarai Euro 2000. Skuad yang saat itu dibesut Roger Lemerre melesat ke puncak ranking FIFA hingga 2001.

Keputusan Zidane untuk gantung sepatu 2006 silam, pascainsiden tandukan kepalanya ke dada Marco Materazzi pada final Piala Dunia di Jerman, bisa dibilang menjadi awal kemunduran Prancis. Euro 2008 di Austria dan Swiss lalu menjadi saksi menurunnya kualitas permainan Prancis. Tampil tidak meyakinkan sepanjang kompetisi, Prancis akhirnya gagal melangkah ke putaran final setelah finish di peringkat buncit di Grup C alias grup neraka yang ditempatinya bersama Belanda, Italia, dan Rumania.

Keikutsertaan Prancis dalam Piala Dunia 2010 pun tidak diraih dengan mudah. Tim Ayam Jantan terseok-seok di babak kualifikasi dan hanya mampu finish sebagai runner-up Grup 7 Zona Eropa di bawah Serbia. Alhasil, Prancis harus melakoni laga play-off melawan Republik Irlandia.

Tidak hanya itu, kepastian Prancis lolos ke putaran final pun diwarnai kontroversi terkait handball yang dilakukan striker sekaligus kapten Thierry Henry pada leg kedua play-off. Sebuah gol William Gallas di masa perpanjangan waktu lahir setelah bomber Barcelona terlihat melakukan handball dan memberikan agregat kemenangan 2-1.

Sempat diwarnai ketegangan oleh kubu The Boys in Green yang menuntut diadakannya pertandingan ulang, Prancis toh tetap melaju ke Afrika Selatan. Prancis masuk dalam Grup A bersama tuan rumah Bafana Bafana, unggulan Amerika Selatan Uruguay, serta Meksiko.

Henry, Ujung Tombak Serangan
Prancis menuai pujian sekaligus kritik karena skuadnya yang merepresentasikan begitu banyak etnis minoritas. Skuad Les Bleus saat ini pun didominasi warga keturunan seperti Eric Abidal (Martinique), Karim Benzema dan Samir Nasri (Aljazair).

Tidak terkecuali sang kapten Thierry Henry yang merupakan keturunan Antillean. Terlepas dari kontroversi yang meliputi dirinya di play-off lalu, tidak bisa dipungkiri, Henry menjadi sosok terpenting bagi Prancis saat ini.

Memulai karir di AS Monaco (1994-1999), nama Henry baru dikenal luas ketika bergabung bersama klub elit Inggris Arsenal (1999-2007) yang kembali mempertemukanya dengan pelatihnya di Monaco, Arsene Wenger. Kejelian Wenger jugalah yang melesatkan Henry menjadi pemain kelas dunia dengan menempatkannya sebagai striker di Arsenal, meninggalkan posisi winger yang selama ini dilakoni Henry.

Henry menjadi pencetak gol terbanyak Arsenal sepanjang masa dengan torehan 226 gol di semua kompetisi. Bersama klubnya saat ini, Barcelona, Henry tidak melupakan ketajamannya di depan gawang lawan. Dia turut mengantarkan Barcelona merengkuh treble di musim 2008/2009 dengan mencetak total 100 gol bersama Lionel Messi dan Samuel Eto'o.

Prestasi mengkilap Henry tidak hanya terhenti di klub. Sejak memperkuat Tim Ayam Jantan 1997 silam, Henry menjadi pemain kedua dengan caps terbanyak (117) di bawah Lilian Thuram. Namun, Henry boleh berbangga hati karena berhasil menggusur Michel Platini sebagai topskor Les Bleus dengan catatan 51 gol.

Kecepatan serta ketangguhan dalam duel satu lawan satu menjadi kekuatan Henry dalam memburu gol. Bukan hanya itu, dia pun menjadi andalan tim untuk melontarkan assist berkat pengalamannya sebagai winger di masa-masa awal karirnya.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails